Hargatiket jakarta-purwakarta ternyata cuma Rp 6000 murah sekali bukan. Tepat pada jam 09.45 kereta berangkat, sampai distasiun purwakarta tepat jam 1 siang. Karena dari stasiun menuju Gunung Bongkok masih cukup jauh
Kalau kamu sedang merencanakan wisata ke Purwakarta bersama keluarga, jangan lupa untuk main ke sebuah waduk, namanya Jatiluhur. Waduk Jatiluhur atau Jatilluhur reservoir ini ini tidak hanya berfungsi sebagai PLTA saja nih, namun juga menjadi destinasi wisata alam terbaik yang ada di Purwakarta. Bahkan, Jatiluhur reservoir ini menjadi bendungan paling besar yang ada di Indonesia. Tidak heran sih jika bendungan Jatiluhur menawarkan pemandangan yang indah dan menjadi destinasi terpopuler di Purwakarta. Kalau kamu sudah di Purwakarta, maka jangan melewatkan wisata satu ini, ya! Sekilas Mengenai PLTA Waduk Jatiluhur Purwakarta Jatiluhur reservoir merupakan sebuah bendungan yang awal mulanya difungsikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air atau biasa dikenal dengan PLTA. Hanya saja, dengan berjalannya waktu, Jatiluhur reservoir ini juga turut membendung air yang mengalir dari Sungai Citarum. Sampai kemudian bendungan Jatiluhur ini mulai dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk berbagai hal. Nah, PLTA Bendungan Jatiluhur ini sebenarnya dikelola langsung oleh perusahaan bernama Perum Jasa Tirta II. PLTA Bendungan Jatiluhur dikenal memiliki limpasan yang sangat besar di dunia. Jadi, tidak heran ya mengapa Jatiluhur reservoir bisa menjadi bendungan yang sangat besar di Indonesia bahkan dunia. Setidaknya, Bendungan Jatiluhur ini memiliki 6 turbin dan daya 187 MW. Daya yang ada di PLTA Bendungan Jatiluhur bahkan bisa memproduksi sampai juta kwh dan menyuplai tenaga listrik per tahunnya. Bukan hanya berfungsi sebagai tenaga listrik, bahkan PLTA Bendungan Jatiluhur bisa untuk irigasi. Ya, waduk satu ini bisa menyuplai air untuk kebutuhan irigasi ke sekitar hektar sawah. Jadi, sawah di kawasan bendungan Jatiluhur akan teririgasi air dalam jangka waktu dua kali tanam setiap tahun. Selain menjadi tenaga listrik dan irigasi, air yang sangat melimpah, waduk Jatiluhur dimanfaatkan untuk hal lain seperti Suplai air untuk budidaya perikananMengendalikan banjirBahan baku untuk air minumTempat wisata Daya Tarik Waduk Jatiluhur Purwakarta Menjadi bendungan terbesar di Indonesia, tidak heran jika Jatiluhur reservoir ini juga menjadi sebuah destinasi wisata recommended di Purwakarta. Ada banyak sekali daya tarik yang ditawarkan oleh bendungan Jatiluhur, diantaranya 1. Suasana dan Panorama yang Memikat Daya tarik utama yang bendungan Jatiluhur berikan adalah suasana yang begitu asri dipadukan dengan panorama alamnya. Ketika kamu sudah sampai di bendungan Jatiluhur, kamu akan menyaksikan panorama yang amat memikat. Waduk dan bendungan ini menawarkan suasana yang begitu damai dan menenangkan, dijamin kamupun akan merasa betah ketika di berlama lama di sini. Apalagi, kawasan bendungan Jatiluhur ini juga sudah mulai dikembangkan menjadi budidaya ikan. Otomatis, kalau kamu datang ke bendungan Jatiluhur, maka kamu akan dihadapkan dengan panorama indah, suasana yang menyenangkan dan bonus bisa memancing. Kamu tidak akan bosan berdiam diri sambil memancing di waduk ini karena suasana sekitarnya yang amat sejuk. 2. Bisa Melihat Pemandangan Gunung Cilembu Ketika kamu datang ke Bendungan Jatiluhur, maka kamu akan disajikan dengan sebuah pemandangan yang agung dan begitu menakjubkan, yaitu Gunung Cilembu. Jadi, Gunung Cilembu ini menjadi background pemandangan dari Bendungan Jatiluhur. Kamu bisa melihat betapa megahnya gunung dengan tinggi 729 mdpl ini dari Bendungan Jatiluhur. Nah, karena lokasi Bendungan Jatiluhur ini dekat dengan Gunung Cilembu, maka tidak heran ya jika suasana di waduk ini masih sangat asri. Kamu akan merasakan betapa sejuknya kawasan wisata Bendungan Jatiluhur ini. Udara yang kamu hirup benar-benar masih sejuk, bebas dari yang namanya polusi. 3. Ada Berbagai Macam Spot Foto Kalau kamu punya hobi fotografi, maka Bendungan Jatiluhur ini menyediakan banyak sekali aneka spot untuk berburu gambar. Kamu bisa mengambil gambar dengan berbagai angle mengingat wisata alam ini masih dikelilingi dengan pepohonan, gunung dan keindahan alam lainnya. Mencari spot foto yang instagenic tidak akan membuatmu sulit karena pemandangannya amat ciamik. Bahkan, pengelola Bendungan Jatiluhur juga sudah menyediakan beberapa spot foto untuk wisawatan seperti ayunan dari kayu dan beberapa miniatur lainnya. Kamu yang hobi mencari spot-spot foto, dijamin tidak akan menyesal deh sudah pergi ke Bendungan Jatiluhur ini. 4. Ada Wisata Jatiluhur Water World Dengan banyaknya air yang ada di Bendungan Jatiluhur, maka dibangunlah sebuah wisata Jatiluhur Water World. Wisata berkonsep waterbom ini sangat cocok sekali untuk kamu yang datang bersama keluarga dan ingin berenang, Jatiluhur Water World sendiri memiliki 4 tipe kolam renang, yaitu dewasa, anak-anak, olympic dan dangkal. Kalau kamu merasa bosan di Bendungan Jatiluhur, maka ajaklah keluarga untuk bermain di Jatiluhur Water World karena lokasinya masih menjadi satu dengan bendungan. Di Jatiluhur Water World ini ada berbagai fasilitas yang lengkap, lho! Ya, beberapa fasilitas yang Jatiluhur Water World sediakan adalah Ember air raksasaPapan seluncurBungee trampolinGazeboKantin 5. Ada Pasar Ikan Kamu suka sekali mencari ikan-ikan segar langsung dari pasar khusus ikan? Maka Waduk Jatiluhur ini bisa menjadi tempat yang sangat tepat, lho! Pasalnya, di sini kamu bisa puas belanja ikan di pasar ikan. Semua ikan yang dijual di pasar Bendungan Jatiluhur ini dijamin masih fresh. Kalau kamu suka sekali makan ikan namun tidak suka memancing, maka kamu masih bisa menikmati ikan-ikan segar di pasar ikan Bendungan Jatiluhur. Kualitas ikan yang disediakan pasar Bendungan Jatiluhur sangat bagus karena memang langsung ditangkap dari waduk. 6. Banyak Toko Souvenir Kalau kamu suka sedang mencari toko souvenir untuk berburu oleh-oleh, maka datang saja ke Bendungan Jatiluhur. Di sekitar bendungan ini, ada banyak sekali toko oleh oleh yang bisa dicari. Kamu bisa membelikan buah tangan apapun untuk kerabat, keluarga maupun teman yang tidak bisa datang langsung ke Bendungan Jatiluhur. Oh ya, di wisata Bendungan Jatiluhur ini, ada juga sebuah panggung terbuka yang sering digunakan untuk menghibur wisatawan. Biasanya, di panggung terbuka itu, ada juga acara-acara penting yang diselenggarakan. Kalau kamu penasaran sekali dengan keindahan Bendungan Jatiluhur ini, kamu bisa datang ke kawasan Jatiluhur, tepatnya di Jatimekar, Kabupaten Purwakarta. Waduk sekaligus Bendungan ini sangat terkenal di Purwakarta sehingga tidak sulit kok untuk menuju ke destinasi wisata ini. Kalau kamu datang dari pusat kota Purwakarta, maka perjalanan akan membutuhkan sekitar 30 menit sebab jaraknya memakan 11 kilometer. Namun, kalau kamu berangkatnya dari Jakarta, ambil rute jalan Tol Purbaleunyi dan keluarlah di gerbang Tol Jatiluhur. Setidaknya perjalanan akan membutuhkan waktu 2 jam. Jika kamu ingin datang ke bendungan Jatiluhur PLTA namun tidak punya kendaraan pribadi, maka kamu naik angkot 03 dengan warna merah kuning dari pusat kota Purwakarta. Selanjutnya, kamu bisa turun ke Pasar Bunder dan pindah angkot dengan kode 011 yang warnanya merah hitam. Angkot tersebut akan menuju langsung ke Bendungan Jatiluhur. Nah, untuk tiket masuk yang dibanderol jika ingin berkunjung ke waduk atau bendungan Jatiluhur ini adalah Rp. saja per orangnya. Harga tersebut hanya berlaku di hari Senin hingga Jumat saja. Kalau kamu datangnya saat hari libur atau weekend, maka harga tiket masuknya Rp. Adapun untuk jam bukanya sendiri bebas, yaitu 24 jam! Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Waduk Jatiluhur Purwakarta 1. Hunting Foto Seperti yang sudah disebutkan di awal, bahwa bendungan Jatiluhur ini memiliki banyak sekali spot foto, maka aktivitas yang bisa kamu lakukan ketika datang ke wisata ini adalah hunting foto sebanyak-banyaknya. Kamu bisa siapkan kamera dengan cadangan baterainya dan jangan lupa nih gunakan outfit terbaik untuk menghasilkan gambar bagus dan instagenic. Kurang lengkap datang ke waduk Jatiluhur jika tidak berburu foto. 2. Memancing Asyiknya dari Bendungan Jatiluhur adalah, wisatawan dibebaskan untuk memancing di kawasan wisata. Kalau kamu memang hobi memancing, maka kamu bisa bawa peralatan memancing lho dari rumah. Memancing di Bendungan Jatiluhur pasti akan menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan. Kebanyakan wisatawan yang datang ke waduk dan sambil memancing akan menghabiskan waktu sampai senja. Tidak mendapatkan ikan di wadukpun tidak akan menjadi masalah karena suasana wisatanya sudah cukup membuat siapapun merasa damai dan tenang. 3. Berenang Meskipun wisatawan dilarang keras untuk berenang di Bendungan Jatiluhur, namun kamu tidak perlu sedih, lho! Kamu bisa berenang dan bermain air langsung di Jatiluhur Water World, destinasi wisata air yang masih menjadi satu kawasan dengan waduk. Kalau kamu mau bermain di Jatiluhur Water World, jangan lupa bawa baju ganti, ya! Dijamin kamu tidak bosan deh main di Jatiluhur Water World. 4. Outbound Ternyata, Waduk Jatiluhur ini juga menyediakan fasilitas outbound. Pengelola menyiapkan paket outbound untuk perusahaan atau instansi yang ingin mencoba seru-seruan di Bendungan Jatiluhur. Pastikan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu, ya! 5. Berkemah Kalau kemah di camping ground mungkin sudah biasa, ya! Tapi bagaimana kalau kemahnya di waduk? Pasti suasananya akan sangat menyenangkan bukan? Pengelola wisata bahkan menyediakan fasilitas perkemahan sehingga siapapun yang ingin mencoba bermalam di Bendungan Jatiluhur, maka bisa sewa dari sini. 6. Berburu Kuliner Di sekitar Bendungan Jatiluhur ada berbagai restoran yang menyediakan banyak sekali aneka jenis makanan. Uniknya adalah, restoran tersebut mengapung dan bisa kamu kunjungi di tengah waduk. Ya, ada Restoran Apung yang bisa kamu kunjungi dengan naik perahu motor. Ada banyak sekali aneka menu enak yang bisa kamu dapatkan di Restoran Apung ini. Namun, untuk bisa ke Restoran Apung, maka kamu harus membayar biaya sewa perahu sekitar Rp dengan durasi tempuh 20 menitan. Fasilitas di Waduk Jatiluhur Purwakarta Menjadi wisata yang dibuka secara umum, tentu saja waduk ini sudah dibekali dengan berbagai fasilitas untuk memanjakan para pengunjungnya. Beberapa fasilitas yang bisa kamu nikmati ketika berkunjung ke Bendungan Jatiluhur adalah Area parkir luasSpot fotoGazeboToilet bersihMusholaLapangan olahragaPerahu wisataKanoJet skiPanggung terbukaRestoran Galeri Gambar Waduk Jatiluhur Purwakarta Review Wisata Waduk Jatiluhur Untuk mengetahui lebih dalam mengenai apa saja yang ada di tempat wisata Waduk Jatiluhur ini simak video singkat dibawah ini agar kamu tercerahkan. Nah itu tadi ulasan lengkap mengenai wisata waduk jatiluhur Purwakarta. Lengkap sekali bukan fasilitas yang disediakan di Waduk Jatiluhur? Kamu yang sedang berada di Purwakarta, jangan lewatkan untuk datang dan berkunjung ke wisata satu ini, ya! Navigasi pos
KualitasAir Waduk Jatiluhur di Purwakarta terhadap Pengaruh Keramba Jaring Apung 80 menyebabkan kondisi lingkungan menjadi sangat menurun yang ditunjukkan dengan tingkat eutrofikasi dan produksi racun yang terdeteksi pada dasar reservoir dan di outlet waduk Ir. H. Djuanda (Anas dkk., 2016). Kondisi tersebut menyebabkan tidak optimalnya

Purwakarta - Gunung Lembu di Purwakarta menarik untuk didaki traveler. Gunung ini punya makam keramat dan juga pemandangan indah Waduk Jatiluhur dari atas Lembu mungkin tak masuk daftar gunung favorit di kalangan pendaki. Namanya pun bisa jadi tak banyak yang familiar di telinga. Kendati begitu, gunung yang terletak di Kabupaten Purwakarta menawarkan spot terbaik menikmati Jatiluhur dari atas ketinggian, persis di tepi pendaki pemula, tak perlu khawatir, karena gunung dengan tinggi 792 mdpl ini memiliki trek yang cukup ramah, bahkan bagi orang yang belum pernah mendaki sekalipun. Lantaran rute pendakiannya yang pendek, banyak pula warung makan berjejeran dari pintu masuk hingga ke puncak Gunung Lembu. Ini memudahkan bagi pendaki yang tak mau direpotkan dengan urusan ciamik dari batu besar yang dinamai Batu Lembu tak jauh dari titik puncaknya, jadi alasan pertama tempat ini wajib dijajal. Batu besar ini terletak persis di bibir tebing jurang yang langsung menghadap ke tengah waduk, membuat mata bisa memandang jauh landskap pemandangan Idris/detikTravel Foto undefinedPemandangan semakin sempurna dengan latar Gunung Parang yang menjulang gagah di belakangnya. Mata semakin dimanjakan dengan pemandangan Kota Purwakarta di pendakian Gunung Lembu tergolong pendek dengan 3 pos yang bisa dilahap dalam waktu sekitar 3 jam bagi pendaki pemula. Trek awal dari mulai pintu masuk hingga pos pertama didominasi hutan bambu dengan kontur jalan tanah berbatu. Sepanjang hingga pos pertama, banyak sekali nyamuk yang mengganggu pendaki, sehingga tak disarankan berlama-lama warga sekitar, tanjakan terjal dibuat berundak di beberapa titik untuk memudahkan pendaki. Perjalanan dari pos pertama hingga pos kedua bisa dibilang sudah membuat keringat bercucuran, dengan vegetasi didominasi pohon dengan kerapatan sedang khas hutan dataran rendah. Hingga ke pos 2, banyak ditemui tanah lapang yang berdiri warung makan sebagai tempat melepas Muhammad Idris/detikTravelMeski warung-warung tersebut berada di atas gunung, harganya relatif masih terjangkau yang selisih harganya tak jauh berbeda dengan harga dengan warung di bawah, sehingga tak bakal menguras pos pertama menuju pos ketiga yang jadi puncak Gunung Lembu, barulah trek berat khas pendakian mulai terasa. Batu andesit terjal cukup menyiksa lutut sehingga harus beberapa kali berpegangan pada bambu dan tali memiliki karakter berbatu dengan kemiringan yang curam. Pendaki akan mulai menemui trek sempit dengan jurang di kiri kanannya trek. Kabar baiknya, banyak sekali batu-batu ukuran raksasa yang tersebar di sepanjang jalur yang bisa dijadikan spot terbaik melihat Jatiluhur dari menarik di etape ini, terdapat dua makam yang dikeramatkan yang kerapkali diziarahi pada hari-hari tertentu. Makam Mbah Jongrang Kalipitung jadi tempat keramat pertama yang menyambut di jalur menuju puncak. Sementara tempat keramat kedua yakni makan Raden Suryakencana yang berada di pinggir tebing sebelum mencapai puncak bayangan. Berkemah semalam Idris/detikTravel Foto undefinedKesan angker sangat terasa di kedua makam tersebut. Batu nisan yang dibungkus kain putih lapuk berlumut tampak seperti pocong dari kejauhan, mambuat bulu kuduk merinding. Suasananya gelap lantaran terdapat pohon tua berusia ratusan tahun di samping makam menambah kesan angker. Banyak cerita mistis yang beredar di masyarakat tentang keberadaan kedua daripada harap-harap cemas dengan suasana angker, akan lebih baik mempercepat langkah melewati dua tempat keramat setelah bermandi keringat selama sekitar 3 jam, pendaki bisa mencapai puncak yang ditandai dengan papan yang ditempel di pohon. Ada beberapa titik tanah lapang yang bisa dijadikan tempat berkemah di sekitar puncak. Bukan puncak yang jadi favorit pendaki, melainkan Batu Lembu yang masih harus dicapai dengan menuruni trek berbatu sekitar 100 meter dari makam keramat Idris/detikTravel Foto undefinedPenamaan Lembu sendiri lantaran gunung ini akan tampak seperti sapi yang sedang duduk dari kejauhan. Letak Batu Lembu seperti berada di punuk sapi atau punggung sapi yang paling menjulang, sehingga membuatnya jadi lokasi terbaik menikmati panorama Jatiluhur, terutama saat terbit dan terbenamnya matahari. Sementara puncak Gunung Lembu hanya berupa tanah lapang sempit yang hanya cukup untuk mendirikan beberapa perlu diperhatikan, puncak Lembu merupakan habitat dari banyak monyet liar. Pendaki kudu-kudu waspada terhadap barang bawaannya. Lengah sedikit, tas atau bungkus makanan bisa dibawa kabur monyet-monyet ini. Dari kelompok monyet di puncak Lembu, ada sejumlah monyet yang memiliki ukuran tubuh cukup besar sehingga sanggup membawa kabur tas yang berat detikTravel menjajal Gunung Lembu pada pekan lalu, cuaca sedang kurang bersahabat lantaran terus menerus hujan, sehingga pemandangan Waduk Jatilur dari atas Batu Lembu sedikit tertutup ke sanaGunung Lembu berada di Kampung Panunggal, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani. Tak ada angkutan umum yang langsung menuju ke sana, sehingga jika tak membawa kendaraan pribadi disarankan mencarter mobil atau angkot. Bagi pengguna transportasi umum, titik terdekat yang bisa dijangkau yakni Pasar Anyar Sukatani yang berjarak sekitar 30 menit dari Stasiun jika menggunakan mobil, pendaki bisa mencari jalan ke arah Stasiun Sukatani atau Pasar Anyar selepas dari Gerbang Tol Jatiluhur. Setelah melewati rel kereta api, mobil atau motor tinggal diarahkan menyusuri jalan beraspal ke arah Lembu dikelola secara swadaya secara bersama-sama oleh masyarakat Desa Panyindangan. Biaya pendaftaran sendiri dikenakan Rp untuk satu orang pendaki yang bermalam atau mendirikan tenda, dan Rp untuk pendaki yang tidak menginap. wsw/aff

MengenalWaduk Jatiluhur. Waduk jatiluhur juga dikenal dengan sebutan Bendungan jatiluhur, Bendungan ini merupakan bendungan terbesar di Indonesia yang dibangun pada tahun 1957. Waduk jatiluhur ini merupakan waduk yang multi fungsi untuk kehidupan masyarakat setempat, selain untuk PLTA waduk ini menjadi sumber air baku air

Penulis tiba di stasiun Purwakarta pukul WIB, setelah perjalanan 1,5 jam dengan kereta lokal Walahar ekspres dari Cikarang baca selengkapnya di Solo Traveling ke Purwakarta dengan Kereta Lokal. Penulis bergegas keluar dari stasiun dan celingukan mencari angkot nomor 03 berwarna merah tujuan Terminal Ciganea. Setelah ketemu penulis pun masuk dan memastikan lagi ke pak sopirnya. Berjalan sendirian atau solo traveling ini harus sering bertanya agar tidak salah naik, meski penulis sudah sempat mencari info mengenai angkot ke waduk Jatiluhur."Pak, ini betul kan angkot ke Terminal Ciganea?" Tanya penulis"Betul dek, kamu mau lanjut naik bus ke Bandung ya?" jawab pak sopir."nggak pak, saya mau main ke waduk jatiluhur""oh gitu... kalau ke Jatiluhur nanti saya turunin ke simpangannya saja, nanti kamu lanjut naik angkot nomor 11" "Baik pak"Setelah turun dari angkot nomor 03 dan membayar ongkos Rp penulis melihat angkot nomor 11 berwarna merah yang sedang ngetem di pinggir jalan. Namun karena perut belum diisi, penulis mencari tempat sarapan terlebih dahulu dan ketemu warung nasi kuning. Lokasi nyarap menghadap ke jalan raya jadi keliatan kendaraan yang lalu-lalang. Angkot nomor 11 pun sudah dua kali lewat ketika penulis sarapan. Lucunya adalah ketika selesai dan sudah siap untuk berangkat malah lama nunggu angkotnya lewat D ada kali 10 menitan nunggu. "Dek, mau diturunin dimana?" tanya pak sopir."Di pinggir waduknya aja pak" Bapaknya terlihat mengerenyitkan dahi yang kelak nantinya penulis tau maksudnya. Penulis pun minta diturunkan ketika melihat tulisan mural "Jatiluhur" seberang waterpark. Penulis membayar ongkos sebesar Rp Wah salah tempat turun nih dalam hati, karena lokasinya sepi dan view nya bukan seperti yang penulis harapkan. Penulis melihat tiga orang sebaya yang sedang duduk-duduk, lalu bertanya sambil memperlihatkan foto dari internet. "Bang, kalau mau ke tempat yang di foto ini gimana ya?" tanya penulis. "Wah kalau ini di Pelabuhan Biru bang" kata abangnya. "kalau jalan kaki berapa lama bang?"tanya penulis. "Masih agak jauh bang, saya antar pakai motor aja deh".Syukurlah ketemu orang baik, abangnya jelasin angkot yang nomor 11 itu melewati pelabuhan biru juga dan rute terakhirnya di Dermaga Servis. Harusnya penulis ngasih lihat foto yang ingin didatangi ke pak supir angkot tadi agar tidak salah tempat turun wkwk. Tibalah Penulis di Pelabuhan Biru, senyum mengembang ketika melihat pemandangan perbukitan menghijau. "Gak usah bang, jangan !. saya ikhlas kok" Abang yang nganter menolak pemberian uang Penulis sebagai bentuk terima kasih karena telah di antar. Hari Sabtu orang yang datang di Pelabuhan Biru Jatiluhur nampak sepi, hanya ada pedagang yang berjualan. Entah kenapa tempat ini dinamai Pelabuhan Biru D terdapat bebatuan besar yang tersebar di pinggir waduk dan ada lapangan rumput yang luas. Sayangnya banyak enceng gondok yang tersebar dan menutupi permukaan air waduk. Saat ke sana ada alat berat yang sedang membersihkan enceng gondoknya, karena memang tanaman ini tergolong hama. Tempat ini sepertinya sering dijadikan lokasi camping, terlihat dari bekas arang dan kayu bakar di sekitar bebatuan. Sayangnya masih ada jejak vandalisme dengan coretan tidak senonoh di sebuah batu besar. Puas mengambil beberapa foto, penulis berjalan kaki menuju Dermaga Serpis yang jaraknya sekitar satu kilo dari Pelabuhan Biru. Sebetulnya saat jalan kaki ada angkot yang lewat tapi nanggung juga karena jaraknya sudah dekat. Setibanya di gapura dermaga serpis, penulis melihat angkot nomor 11 yang sedang ngetem jadi tidak perlu khawatir kalau mau kembali ke kota. Penulis memasuki kawasan dermaga dan terdapat kantor pos pengawasan Dinas Perhubungan. Di plang nama kantornya yang tertulis "Servis" bukan "Serpis" seperti yang tertulis di gapura. Entah mana tulisan yang benar. Ada tempat parkir kendaraan yang luas dan penulis kaget ada banyak mobil berplat Jakarta dan Bandung yang sedang terparkir di sini. Berjalan jauh lagi ke ujung dermaga penulis melihat banyak perahu warga yang sedang bersandar, satu-dua lalu lalang mengantar penumpang yang ingin ke kerambah. Gunung BongkokPenulis bergerak ke arah gundukan bukit kecil karena dari posisi ini nampak jelas aktivitas di area waduk. Waduk Jatiluhur merupakan spot mancing favorit, mobil yang tadi terparkir pemiliknya sedang mancing di waduk. Kebanyakan mereka menyewa perahu untuk memancing, bermalam di sana dan baru kembali keesokan harinya. "Teteh mau nyeberang ke mana teh, berapa teh ongkosnya?" penulis bertanya ke seorang perempuan yang membawa kardus berisikan barang-barang warung seperti aqua dan indomie. "15 ribu aa', mau ke kerambah. Mau ikut gak? di sana pemandangannya bagus" jawab teteh."Gak dulu teh, saya mau lihat sekitaran sini aja" jawab khawatir ketinggalan kereta kalau ikut. Lagian masih mau nyobain sate maranggi di dekat alun-alun Purwakarta. Oh ya sekilas mengenai Waduk Jatiluhur, waduk terbesar di Indonesia ini dibangun pada era Presiden Soekarno tahun 1957. Berapa luas waduk Jatiluhur? kurang lebih 83 kilometer persegi. Kalau kalian mau lihat view waduk ini dari atas, cobalah mendaki Gunung Lembu atau Gunung Bongkok. Suasana sunrise dan sunset di Waduk Jatiluhur juga mengagumkan tapi harus menginap sih tidak bisa "balik hari".Pukul 12 Siang, matahari tepat berada di atas kepala. Penulis beranjak keluar dari dermaga, menuju angkot nomor 11 yang sedang ngetem. "Mau balik ke kota ya aa'?. saya ngabisin rokok sebatang dulu ya" ujar pak sopir. Dengan cara yang sama, penulis kembali naik angkot nomor 11 menuju simpangan terminal Ciganea dan lanjut naik angkot nomor 03. Bedanya penulis tidak turun di stasiun purwakarta melainkan turun di Taman Air Mancur Sri Baduga. Di tempat ini dulunya terdapat pertunjukan air mancur menari pada malam minggu. Namun tidak pernah diadakan lagi semenjak pandemi, pagarnya pun ditutup dan dijaga oleh petugas. Penulis meminta izin sebentar untuk masuk dan syukurlah diperbolehkan untuk memfoto patung Prabu Kian Santang. Setelah itu Penulis berjalan kaki menuju warung sate maranggi Maskar Ajib yang terletak di dekat alun-alun. Menjajal rasa sate maranggi adalah menu wajib jika datang ke Purwakarta . Perut kenyang, timbullah rasa malas berjalan kaki jadinya berangkat stasiun menggunakan gojek. Suasana stasiun lebih ramai dibanding tadi pagi, sebab ada dua kereta yang jadwalnya berdekatan yaitu KA Walahar ekspres menuju Cikarang dan KA Cibatuan menuju Bandung. Tempat duduk lebih banyak terisi ketika pulang ke Cikarang, sebelah penulis seorang mahasiswa sebuah universitas di Bandung. "Naik kereta lokal lebih murah bang, 12 ribu udah nyampe Bandung" tiba di Cikarang sekitar pukul tujuh malam dan melanjutkan perjalanan dengan KRL menuju stasiun Jatinegara. Perjalanan yang seru, short escape satu hari PP Jakarta-Purwakarta. Selamat mencoba Pengeluaran backpackeran ke Waduk Jatiluhur KRL Jatinegara - Cikarang = Rp PPKereta Walahar Ekspress Cikarang - Purwakarta = Rp PPAngkot 03 dari stasiun purwakarta ke terminal ciganea = Rp PPAngkot 011 dari terminal ciganea ke waduk jatiluhur = Rp PPSate Maranggi = Rp ke stasiun = Rp

PulangGowes dari Waduk Ir. H. Juanda, Jatiluhur ke Stasiun Purwakarta, Jawa Barat.Terima Kasih kehadiran anda di MulyadiJabar Channel.Jangan lupa Subscribe.

- Waduk Jatiluhur terletak di 9 km dari Kota Purwakarta. Waduk Jatiluhur dibangun dengan membendung Sungai Citarum dengan luas daerah aliran sungai, yaitu km mulai dibangun pada 1957 dengan peletakkan batu pertama oleh Presiden Soekarno dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967. Pembangunan Waduk Jatiluhur menelan biaya US$ 230 juta. Nama bendungan waduk dinamakan Ir. H. Juanda dikarekan perjuangan beliau dalam pembiayaan pelaksana konstruksi Bendungan Jatiluhur. Saat itu, Ir Juanda merupakan Perdana Menteri terakhir dan memimpin Kabinet Karya 1957-1959 bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memeperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum Internasional. Pembangunan Waduk Jatiluhur menenggelamkan 14 desa dengan jumlah penduduk orang. Baca juga Pembudidaya Ikan Terjebak Eceng Gondok di Waduk Jatiluhur, Hasil Panen Tak Bisa Dijual Akibatnya, penduduk itu pindah ke daerah sekitar bandungan dan sebagian pindah ke Kabupaten Karawang. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Waduk Jatiluhur berfungsi dalam penyediaan air irigasi dan PLTA yang setiap tahunnya dikelola oleh Perum Jasa Tirta Waduk Jatiluhur ini terpasang 6 turbin dengan daya 187 MW dengan produksi listrik sekitar kwh setiap harinya. Selain itu, Waduk Jatiluhur mengairi irigasi dengan luas ha, serta difungsikan juga untuk penyediaan air baku, budidaya, dan penanggulangan banjir. Waduk Jatiluhur sebagai Obyek Wisata Waduk pertama di Indonesia ini memiliki panorama danau dengan luas ha. waduk ini memiliki berbagai fasilitas rekreasi, seperti hotel dan bungalow, bar dan restoran, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang, ruang pertemuan, sarana rekreasi serta olahraga air, playground, dan fasilitas lainnya. Baca juga Ridwan Kamil Akan Bangun Masjid dan Hotel Terapung di Waduk Jatiluhur Di Waduk Jatiluhur juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau malam, pengunjung dapat menikmati keheningan sambil memancing ikan dan menikmati ikan bakar. Di kawasan ini, pengunjung juga dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola PT Indosat sebagai alat komunikasi Internasional. Jenis layanan yang disediakan, antara lain international toll free service ITFS, Indosat Calling Card ICC, International direct, dan lainnya. Letak Stasiun Satelit Bumi berada 7 km dari Kota Purwakarta. Tarif masuk Waduk Jatiluhur Rp per orang, tarif parkir Rp untuk sepeda motor, dan Rp untuk mobil. Tarif sewa perahu keliling adalah Rp per putaran. Anggara Wikan Prasetya Sumber dan Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

WadukJatiluhur, bener banget sih. Tapi waduk di Purwakarta gak Cuma itu doang loh. Maka cobalah untuk berkunjung ke wisata Waduk Cirata. Wisata Waduk Cirata ini merupakan salah satu tempat liburan yang paling populer di Purwakarta, khususnya bagi para penduduk lokalnya. Hal ini karena lokasinya yang cukup terjangkau dan dekat juga jaraknya
Setelah gue melakukan perjalanan ke kebun teh bogor bisa baca postingannya disini gue pun berencana buat ketempat lain, dan maunya sih di luar jabodetabek. Gue coba googling buat nemui kota-kota yang dekat dari Jabodetabek buat one-day trip. Gue nemu 2 kota, Sukabumi dan Purwakarta. Setelah gue bandingkan ongkos buat kedua kota itu akhirnya gue milih purwakarta jadi destinasiku dan aku tertarik dengan waduk Jatiluhur. Waduk terbesar di Indonesia. Selama ini gue cuma tau waduk itu dari buku pelajaran sekolah, sekarang saatnya gue ngeliat gimana waduk itu aslinya. Gue berangkat dari stasiun pondok ranji sekitar jam 7 kurang. Sampe di Manggarai gue nunggu krl ke Cikarang. Karena kelamaan gue naik aja krl ke Bekasi.. sampe di Bekasi gue nunggu kereta ke Cikarang. Akhirnya keretanya dating juga, gitu sampe cikarang gue langsung nyari dimana loket buat mesan tiket kereta ke purwakarta. Ternyata tempatnya dibawah.. gue pesan deh tiketnya, harganya murah Cuma 6000. Kereta yang harusnya datang jam 11 telat dan akhirnya tiba sekitar pukul Gue pun naik kereta dan ga nyangka dalemnya rame banget. Gue kira bakalan sepi. Jadilah akhirnya gue berdiri di koridor di antara bangku2. Perjalanan dari stasiun cikarang sampe stasiun Purwakarta makan waktu hampir lebih 1 setengah jam. Stasiun Purwakarta Dan tibalah gue di stasiun Purwakarta. Di stasiun ini banyak sekali gerbong-gerbong kereta yang udah ga kepake dan diletakkan disini. Semacam kuburan kereta. Sayangnya ga diperbolehkan buat mendekati gerbong itu. Gue pun menyempatkan buat mengambil foto “kuburan” tersebut dari peron tempat gue turun. Ada juga patung di depan stasiun Purwakarta, biasanya dijadiin spot foto sama penumpang-penumpang yang berada di stasiun. "Kuburan" Kereta Setelah sampe di stasiun Purwakarta gue lanjut naik angkot 03 ke terminal Ciganea. Gue Tanya ke supirnya angkot untuk ke waduk Jatiluhur dan akhirnya supir menurunkan gue di pertigaan sebelum terminal ciganea dan naik angkot nomor 11. Angkotnya sepi, Cuma gue penumpangnya. Kalo naik angkot ke Waduk Jatiluhur kita bakal diantar sampe masuk gerbang dan harga masuknya gratis kita Cuma bayar angkotnya aja. Sampe di sana supir nanya ke gue mau turun dimana dan gue bingung jawabnya wkwk karena baru pertama kali kesini.. gue bilang ke danaunya aja sama masnya. Akhirnya gue diturunkan tepat di pinggir waduknya dan gue nanya berapa ongkosnya ke supirnya. ’15 ribu aja mas, tapi kalau bisa 20 ribu lah, kan udah dianterin sampe sini’.. mendengar ini gue langsung meringis mahal banget ongkosnya.. kebetulan gue juga gapunya 5 ribuan jadi gue kasih aja 20 ribu sama supirnya. Setelah itu gue turun deh buat lebih dekat ke danaunya karena danaunya agak jauh ke bawah. Waduk Jatiluhur Pinggiran danau Jadi sebenernya waduk ini dinamakan waduk Ir. H. Juanda untuk mengenang jasanya dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Waduk Jatiluhur. Pembangunan waduk ini dilakukan dengan membendung Sungai Citarum dengan luas daerah aliran sungai seluas km2. Bendungan ini dibangun sejak era Presiden RI pertama Ir Soekarno mulai tahun 1957 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967. Dana yang dikeluarkan buat pembangunan waduk ini US$ 230 juta. Gede juga yah. Banyak batu besar di sekitar danau ini Waduk Jatiluhur ini cukup ramai dikunjungi ketika weekend. Gue juga berpapasan dengan rombongan anak sekolah yang lagi rekreasi di waduk ini. Di dalam waduk ini juga banyak terdapat rumah makan, dan makanan yang terkenal yaitu sate maranggi, berhubung waktu gue juga ga banyak gue ga sempat buat mencicipi sate khas Purwakarta ini. Mobil siapa ini? Sebaiknya juga jangan terlalu dekat dengan pinggir danau, karena tanahnya yang ga padat. gue sempat nyoba buat ke pinggir danau buat ngambil foto, dan apesnya kaki gue masuk kedalam lumpur! Kaki gue gabisa di angkat, mana bapak bapak yang ada di perahu pada ngeliatin doang kagak mau nolongin. Hadeh. Alhasil dengan usaha sekuat tenaga kaki gue berhasil dikeluarin dari lumpur. Dari ujung kaki sampe lutut semuanya berlumpur. Bapak-bapak yang ngeliatin tadi menyarankan gue buat bersihin kaki di pinggiran waduk, dan gue pun bersihin kaki di pinggir waduk itu. Kapal di pinggiran waduk. Di sekitar sini juga gue terjebak lumpur Setelah puas melihat waduk jatiluhur akhirnya pun gue putuskan buat pulang balik ke kosan. Gue naik angkot 11 lagi kebetulan lewat, kali ini penumpangnya lumayan banyak. Karena jadwal terakhir kereta ke cikarang jam 3 tadi jadi gue memutuskan buat pulang naik bus sampe ke Bekasi. Jadi gue turun di terminal Ciganea. Akhirnya gue sampe terminal Ciganea dan bayar ongkos. Dan ongkosnya berapa ?? Cuma 8 ribu guys.. rugi banyak gue pas mau pergi tadi. Setelah kesal karena hal yang tadi akhirnya gue nunggu Bus yang berangkat ke Bekasi. Dan bus pun datang, gue naik Bus Primajasa jurusan Bandung Bekasi via Purwakarta. Busnya ekonomi jadi ga pake ac. Tapi dalemnya bagus kok. Ongkos ke Bekasi Cuma 12 ribu, ini termasuk murah sih. Gue pun sampe di terminal Bekasi. Setelah nanya sana sini gue pun naik angkot warna biru dan turun di stasiun bekasi dan pulang ke pondok ranji naik krl. Pukul akhirnya sampe di kosan juga. Jadi biaya yang gue keluarkan untuk ke waduk Jatiluhur Krl pp Pondok Ranji-Cikarang = 14000 Kereta Walahar Express = 6000 Angkot dari stasiun purwakarta ke terminal Ciganea = 5000 Angkot dari Ciganea ke Waduk Jatiluhur = 20000 Angkot dari Waduk Jatiluhur ke Terminal Ciganea = 8000 Bus Purwakarta – Bekasi = 12000 Angkot ke Stasiun Bekasi = 5000
Obyekwisata Jatiluhur terletak 9 km dari kota Purwakarta, terkenal dengan Bendungan Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957, dapat menampung tidak kurang 3 milyar3 air Sungai Citarum dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Situ Buleud Taman Sri Baduga, ikon dan landmark populer Purwakarta Buat sebagian orang, tinggal di Bandung itu nampak menyenangkan. Namun untuk seorang pemuda lajang yang udah 10 tahun lebih tinggal di kota ini, Bandung itu membosankan. Nggak banyak perubahan signifikan dari segi infrastruktur. Maka pada suatu weekend, demi membunuh rasa bosan itu, gue memutuskan untuk melakukan short escape ke kota sebelah, Purwakarta. Meski cuma sehari di Purwakarta, tapi gue udah bisa mampir ke Waduk Jatiluhur dan nonton air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga. Bandung memang punya banyak tempat wisata, tapi konsepnya itu-itu aja. Hutan pinus lagi. Leisure park lagi. Gue juga nggak tertarik dengan tempat wisata yang kegiatannya cuma bisa foto-foto doang, berbayar pulak, tanpa ada yang bisa dipelajari atau diamati. Sebenernya gue suka dengan kawasan Balai Kota, Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan sekitarnya. Sayangnya ada 1 hal lagi yang gue keluhkan MACEEETTT! Gue nggak suka banget berkendara dalam kemacetan, meski itu dengan sepeda motor. Frustrating! Sementara nggak ada angkutan umum di Bandung yang bisa diandalkan. Makanya, gue lebih memilih jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri sekalian, hehe. Dari Bandung ke Purwakarta Naik Travel atau Kereta? Pagi-pagi itu, gue sudah tiba di pintu selatan Stasiun Bandung yang untuk mengaksesnya harus melalui jalanan yang berlubang, bergeronjal, dan becek. Padahal ada di tengah kota. Gue udah antusias untuk naik kereta pagi ke Purwakarta, sampai petugas yang berjaga di loket berkata, “Baru dibuka nanti jam 930.” “Jam 930? Bukannya ada kereta pagi ya?” tanya gue. Gue sudah memastikan, bahwa di papan informasi yang ada di stasiun, ada keberangkatan kereta pagi ke Purwakarta. Entah karena ada perubahan jadwal atau gimana, kereta pagi ke Purwakarta itu udah nggak ada. Gue segera mengirimkan pesan kepada Sanny tentang apa yang terjadi. Dengan cepat, kami memutuskan untuk berubah haluan ke mobil travel. “Udah tanggung,” ujar Sanny di kotak pesan Whatsapp. Ada 2 operator travel di Bandung yang melayani rute ke Purwakarta P Trans dan Arnes Shuttle. Pilihan jatuh pada travel kedua karena sudah lebih familiar. Kami memilih berangkat dari pick-up point Bandung Trade Center BTC. Segera setelah tiba di BTC dengan menumpang ojol, ada satu kebingungan lagi yang melanda MALL-NYA MASIH TUTUUUPPP! Padahal loket Arnes Shuttle ada di dekat pintu masuk utama yang masih tutup itu. Gue lalu bertanya sama seseorang yang mana gue lupa siapa, orang itu lalu menunjuk mbak-mbak penjual tiket Arnes Shuttle yang duduk di tangga pintu masuk. Oalah. Akhirnya gue beli tiket ke Purwakarta untuk 2 orang, harga tiket Arnes Shuttle rute Bandung-Purwakarta adalah saja. Memang jauh lebih mahal daripada ongkos naik kereta lokal yang hanya Namun harga itu sepadan dengan kenyamanan dan kecepatan. Bandung – Purwakarta ditempuh dalam 1 jam saja, sementara waktu yang dihabiskan dengan naik kereta adalah 2,5 jam. Nggak lama kemudian, Sanny datang. Baca Juga Berkelana di Bangka Dalam 2 Hari 1 Malam Check Point 1 Waduk Jatiluhur Istora Resort Jatiluhur Mobil Arnes Shuttle merapat di halaman parkir Giant Ekstra sebagai pemberhentian terakhirnya. Lokasinya masih terbilang di kawasan pusat kota Purwakarta. Setelah selesai urusan buang hajat dan per-ATM-an, kami memesan taksi online menuju Waduk Jatiluhur yang berjarak sekitar 11-12 km. Betul, GOJEK dan Grab udah ada di Purwakarta, melengkapi jalur angkot yang masih banyak beroperasi. View Deck, Istora Resort Waduk Jatiluhur Purwakarta Panorama Waduk Jatiluhur dari Istora Resort, Resto & Cafe Puji Tuhan, driver taksol kami adalah pengelola sebuah operator tur lokal bernama POI Travel Purwakarta. Kami yang tadinya bingung mau turun di mananya Waduk Jatiluhur, segera diarahkan ke Istora Resort Jatiluhur. Yang harusnya bayar 2 kali retribusi tiket masuk kawasan Waduk Jatiluhur dan tiket masuk Istora Resort jadi gratis sama sekali. Abang driver udah akrab dengan para petugas di sana, sehingga dia cukup bilang, “Bawa tamu, Pak.” Habis perkara! Padahal, harusnya kami menghabiskan biaya lho. Hatur nuhun, kang driver. Hatur nuhun, Gustiii. Nanti kalo ada kesempatan lagi ke Purwakarta, gue mau hubungi POI Travel ah. Serius. Harga paketnya murah banget, terus nggak usah mikir mau ke mana-mananya, termasuk mau makan di mana. Paket wisatanya juga lengkap, ada city tour juga ada wisata alam. Foto-foto ala Titanic di Istora Resort Waduk Jatiluhur Purwakarta Gue udah sukaaakkk banget sama Waduk Jatiluhur ini bahkan sejak mobil belum berhenti. Maklum, di Bandung nggak ada perairan sebesar dan sebersih ini. Nggak salah kami diarahkan ke Istora Resort, karena memang di sinilah titik-titik terbaik untuk mengabadikan keindahan Waduk Jatiluhur berada. Waduk kebanggaan warga Purwakarta ini “dijaga” oleh gunung-gunung kecil di sekelilingnya. Tepiannya diselimuti oleh tanaman enceng gondok cmiiw Menurut gue, spot foto terbaik di Istora Resort Jatiluhur ini adalah pada dek yang berbentuk menyerupai kapal, menjorok beberapa meter di atas waduk. Selain itu, di sini juga ada spot dengan tulisan d’Jatiluhur, restoran, rumah pohon yang ternyata view-nya biasa aja, dan spot foto berbentuk hati. Tapi monmaap, karena foto-foto di kamera hape gue nggak sengaja terhapus saat berada di Macau dan ternyata belum di-backup semua di laptop atau Google Drive, ada beberapa spot yang nggak bisa gue tunjukkan di sini. Mendekati siang hari saat cuaca mulai panas dan gerah, kami beranjak meninggalkan Waduk Jatiluhur kembali ke pusat kota. Kali ini kami naik angkot. Kami tinggal jalan kaki sedikit menuju pintu gerbang Istora Resort, lalu menunggu angkot dari pinggir jalan. Baca Juga Itinerary Sehari Mengunjungi 6 Tempat Wisata di Semarang Check Point 2 Makan Siang di Sate Maranggi Maskar Ajiiib Purwakarta Naik angkot di pedesaan itu memang kadang ajaib. Angkot yang kami naiki sesekali berkendara di luar jalur resminya, mengikuti personal customized request dari penumpangnya, memasuki jalanan kecil yang berbatu-batu sampai angkotnya berjalan pelaaannn banget. Gue sih tenang aja. Pada akhirnya, kami sampai juga di tujuan kami, sebuah pertigaan yang menjadi pembatas imajiner antara kawasan pusat kota dan kawasan Jatiluhur. Jadi, untuk menuju Waduk Jatiluhur dari pusat kota Purwakarta dan sebaliknya bisa dicapai dengan angkot, tapi harus 2 kali. Penampakan sate maranggi di warung Maskar Ajiiib Purwakarta Dari pertigaan itu, kami naik taksi online menuju Sate Maranggi Maskar Ajiiib yang beralamat di Jl. Mr. Dr. Kusumahatmaja no. 4. Tempat makan ini juga gue putuskan secara impulsif saat itu juga dengan browsing. Seperti biasa, gue memang nyantai banget saat ngetrip di negara sendiri. Nggak banyak mencari informasi dan nggak menyusun itinerary dengan detil. Walaupun tempatnya sederhana juga nggak ber-AC, tapi yang penting luas dan bersih. Ada tempat duduk biasa dan tempat duduk lesehan yang ada di kedua tepi ruangan. Kami sama-sama memesan seporsi sate maranggi dengan nasi dan teh panas. Rasa dan porsinya oke lah. Harga pastinya lupa berapa, kalau nggak salah di kisaran Baca Juga Bertualang Kuliner di Cirebon, Dari Warung Sampai Cafe Kekinian Check Point 3 Stasiun Kopi Purwakarta Black Coffee, Stasiun Kopi Purwakarta Roti bakar dan kopi hitam panas, Stasiun Kopi Purwakarta Sebenernya sebelum mampir ke Stasiun Kopi ini, kami sempat ke Cikao Park dulu. Namun karena ternyata tempatnya nggak menarik, panas, gersang, kami cuma leyeh-leyeh aja di sana Sanny malah sampai tidur. Jadi, kunjungan ke Cikao Park gue abaikan di tulisan kali ini ya. Stasiun Kopi ini deket banget sama Stasiun Kereta Api Purwakarta, tepatnya di Jl. Singawinata no. 15. Jadi kalau kamu lagi mampir di Purwakarta dengan kereta api dan nggak punya banyak waktu, ngesot aja ke sini. Menunggu pesanan datang di Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Gue suka banget sama tempatnya! Homey, dibalut dengan desain interior yang kaya unsur kayu. Berasa lagi singgah di rumah oma-oma Belanda atau nyonya-nyonya Tionghoa. Kayaknya sih Stasiun Kopi ini memang menempati rumah tua peninggalan Belanda yang disulap jadi café. Area yang kami tempati diisi dengan meja dan kursi-kursi kayu. Ada 3 ruangan lain yang diisi dengan sofa-sofa seperti ruang keluarga, salah satunya dilengkapi dengan meja layang memanjang dan kursi-kursi bar untuk mereka yang datang sendirian. Ada beberapa bahan bacaan yang disediakan. Outdoor seating area juga tersedia. Gue memesan kopi hitam panas dan roti bakar isi cokelat. Harganya lebih murah daripada standar café di Bandung. Tujuan kami ke sini memang mau ngadem dan santai-santai aja, jadi nggak memesan makanan berat. Menu makanan dan minumannya cukup bervariasi kok, ada makanan nusantara dan western. Baca Juga 5 Tempat Wisata di Jogja yang Instagrammable dan Anti-Mainstream Check Point 4 Final Air Mancur Situ Buleud di Taman Sri Baduga Purwakarta Suasana car free night Purwakarta Cosplayer di car free night Purwakarta Pertunjukkan air mancur yang sempat hits beberapa bulan lalu itu ternyata sudah dekat dari Stasiun Kopi dan Stasiun Purwakarta, jadi kami bisa jalan kaki ke sana. Ternyata, jalan di depan Stasiun Kopi itu disulap jadi area pedestrian alias car free night setiap malam minggu. Kami berjalan santai bersama warlok warga lokal, bukan warlok di Warcraft di bawah lampion-lampion yang melayang saling silang di awang-awang. Kami melalui deretan pedagang makanan dan muda-mudi cosplay begitu saja, straight away to the Sri Baduga Park’s Situ Buleud. Hari sudah gelap saat itu, mungkin sekitar jam 7 malam. Ratusan pengunjung sudah duduk memenuhi tribun yang mengelilingi situ. Kami agak susah payah menemukan tempat duduk kosong dengan area pandang yang bagus. Pengunjung sudah memenuhi Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Pertunjukkan air mancur ini gratis, tapi tamannya sendiri nggak dibuka sepanjang waktu. Biasanya, pengunjung udah sibuk mengantre sejak sekitar pukul 1700. Baru kemudian sekitar jam 6 sore, pintu gerbang taman dibuka dan pengunjung masuk berduyun-duyun ke dalam Taman Sri Baduga. Kenapa gue bisa tau? Karena beberapa minggu sebelumnya gue udah ke sini. Udah ikut ngantri, udah duduk ganteng nungguin pertunjukkan air mancur dalam suasana remang-remang, tapi terus gue keluar sebelum pertunjukkan dimulai karena udah keburu pesen travel balik jam 8 malam. Bersama Sanny malam itu, gue akhirnya kesampaian menyaksikan pertunjukkan air mancur Situ Buleud di Taman Sri Baduga. Baca Juga 15 Hal yang Dapat Kamu Lakukan di Palembang Konon, pertunjukkan air mancur Purwakarta ini adalah yang terbesar se-Asia Tenggara. Bener enggaknya gue nggak tau, karena gue cuma pernah nonton pertunjukkan air mancur yang ada di KLCC Park Kuala Lumpur. Kalau dibandingkan sama yang di KL itu, memang air mancur Situ Buleud ini lebih besar. Seharusnya ada 2 kali pertunjukkan, yaitu jam 1900 dan 2000, tapi malam itu pertunjukkan hanya berlangsung sekali jam 1930. Alasannya sih karena ada kendala teknis. Pertunjukkannya berlangsung selama kurang lebih 15 menit, di mana kita menyaksikan air mancur yang menari-nari dalam berbagai rupa dan warna mengikuti irama lagu kebangsaan yang digaungkan. Pertunjukkan air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Pertunjukkan air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Pertunjukkan air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Saat ke sini untuk pertama kalinya, gue mengeluhkan kehadiran lampu sorot karena menurut gue mengganggu pandangan. Ternyata eh ternyata, saat pertunjukkan berlangsung, lampu sorotnya dimatikan. Gue cukup puas, ada beberapa bidikan kamera yang mampu mengabadikan lukisan cahaya malam itu dengan indah. Dari Taman Sri Baduga Purwakarta, kami berjalan menembus hiruk pikuk malam minggu menuju jalan raya untuk menumpang angkot menuju Giant Ekstra. Meski agak tersendat dengan kemacetan, tapi puji Tuhan kami tidak terlambat. Dari Giant Ekstra, kami naik Arnes Shuttle lagi untuk keberangkatan jam 2100 kembali ke Bandung. Sampai jumpa lagi, Purwakarta. Ingin di lain kali, gue bisa singgah satu malam di bawah langitmu agar bisa menyambut kesegaran pagimu di esok harinya. Baca Juga 10 Hal yang Bisa Kamu Lakukan di Pontianak Nah, jadi buat kamu yang berdomisili di Jakarta atau Bandung, Purwakarta bisa jadi jujugan untuk weeked getaway, entah one day trip atau liburan 2 hari. Kalau perlu, kamu bisa kembali ke kota asalmu pada hari Senin subuh. Selain Waduk Jatiluhur, Stasiun Kopi, dan Situ Buleud Taman Sri Baduga, masih ada banyak banget tempat wisata di Purwakarta. Sayangnya, mereka semua berada jauh dari kota, padahal gue juga pengen ke curug sama situ-nya. Jadi kalau kamu mau berkunjung ke tempat-tempat yang jauh dari kota itu, mending bawa mobil atau sewa tur seperti POI Travel Purwakarta. Oke, sampai jumpa pada perjalanan berikutnya. Keep learning by traveling~ Tag air mancur purwakarta, air mancur situ buleud, air mancur taman sri baduga, arnes shuttle, cafe di purwakarta, car free night purwakarta, coffee shop purwakarta, day tour purwakarta, istora resort purwakarta, istora resto cafe purwakarta, jadwal air mancur purwakarta, jalan-jalan di purwakarta, jawa barat, kuliner purwakarta, malam minggu di purwakarta, one day trip purwakarta, open trip purwakarta, paket tour purwakarta, Purwakarta, purwakarta dalam sehari, sate maranggi maskar ajib, sate maranggi purwakarta, sewa mobil purwakarta, situ buleud purwakarta, situ buleud taman sri baduga, stasiun kopi purwakarta, taman sri baduga purwakarta, tempat makan purwakarta, tempat nongkrong purwakarta, tiket masuk waduk jatiluhur purwakarta, travel bandung purwakarta, waduk jatiluhur, wisata di purwakarta yzKxRLa.
  • x32htn0tsh.pages.dev/359
  • x32htn0tsh.pages.dev/280
  • x32htn0tsh.pages.dev/258
  • x32htn0tsh.pages.dev/454
  • x32htn0tsh.pages.dev/246
  • x32htn0tsh.pages.dev/274
  • x32htn0tsh.pages.dev/437
  • x32htn0tsh.pages.dev/99
  • angkot dari stasiun purwakarta ke waduk jatiluhur